Senin, 03 November 2008

Sepekan ke Depan, ARV Sulit Didapat

Sedikitnya 200 rumah sakit di Indonesia selama sepekan ke depan akan mengalami kelangkaan obat-obatan antiretroviral (ARV) bagi penderita HIV/AIDS.

Ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang banyak menangani masalah HIV/AIDS, Prof Dr Syamsuridjal Djauzi, mengatakan, di Jakarta, Rabu (29/10), kelangkaan itu dipicu oleh skema pembelian obat yang dilakukan pemerintah terhadap perusahaan obat nasional.

"Stok obat sekarang memang masih banyak. Namun, dalam waktu satu-dua hari ke depan semua rumah sakit di Indonesia harus sudah siap dengan persediaan cukup karena jika masih harus menunggu pengadaan melalui tender, akan terjadi banyak penderita HIV/AIDS yang meninggal," katanya berusaha meyakinkan.

Obat ARV ini adalah produksi dalam negeri yang dikembangkan sejak 8 Januari 2004. Sejak itu pula 25 rumah sakit di Tanah Air telah memanfaatkan obat ini untuk pasien penderita HIV/AIDS.

Selanjutnya pada 2006 berkembang menjadi 75 rumah sakit, dan pada tahun 2008 sudah mencapai 200 rumah sakit. Obat ini diberikan kepada penderita HIV/AIDS secara gratis oleh pemerintah melalui 200 rumah sakit yang ada dan tidak diperjualbelikan di apotek ataupun di toko-toko obat.

Menurut Prof Syamsu, obat ARV ini diberikan kepada penderita sebagai terapi untuk menurunkan kasus pasien masuk rumah sakit, menurunkan angka kematian, dan meningkatkan kualitas hidup

Tidak ada komentar: